BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Adanya
pertumbuhan dan perkembangan pada suatu perusahaan dewasa ini yang semakin membuat
sulit dan frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap dapat
mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan,
sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Survey
pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh
pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan
audit.
Auditor internal harus memastikan
bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif .
survey pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan
program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan
atau kegagalan audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Jika survey
pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik maka survei tersebut akan menjadi lebih
dari sekedar cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif ; melainkan juga
menjadi penentu keberhasilan audit.
1.2.Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini, antara lain :
1. Apa pengertian
survei pendahuluan dalam audit internal ?
2. Apa saja
langkah- langkah dalam survey pendahuluan ?
3. Apa tujuan,
sasaran dan standar dalam survey pendahuluan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Survei Pendahuluan
Survei
pendahuluan dalam audit internal adalah
suatu cara yang digunakan untuk dapat mengetahui kerumitan operasi yang
diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka
ketahui pada saat audit telah selesai.
Secara sederhana survey pendahuluan dapat dipahami sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai objek tertentu tanpa melakukan
verifikasi secara rinci.
2.2. Langkah Dasar Survei Pendahuluan
Survei
pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan
system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor
Internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey
pendahuluan bias produktif.
Keberhasilan atau kegagalan audit
bias jadi sangat tergantung pada survey. Auditor sebaiknya melakukan survey dengan
delapan langkah dasar;
1. Melakukan Studi Awal
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup
penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi
dan dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit. Studi
awal dilakukan dikator pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat
mengakses informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumya dapat
menunjukkan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut,
meskipun pendekatan ini mingkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di
audit tahun ini.
2. Pendokumentasian
Pendokumentasian mencakup beberapa langkah
yang akan mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien.
Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan
beberapa hal yang dilakukan saat pendokumentasian. Auditor juga membuat
kuesioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien
dan lainnya.
3. Bertemu Klien
Pertemuan auditor dengan manajer klien member
peluang bagi auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa situasi,
auditor justru ingn membahas keseluruhan peran audit internal dan organisasi.
Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan,
sasaran dan standar operasi serta resiko bawaannya. Auditor juga ingin
mengenali gaya manajemen yang diterapkan.
4. Mendapatkan Informasi melalui :
Wawancara : Wawancara yang sukses didasarkan
pada penerapan saksama enam langkah penting; persiapan, penjadwalan, pembukaan,
pelaksanaan, penutupan dan pencatatan.
Mengumpulkan bahan bukti : Survei pendahuluan
akan berlangsung lancer dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan
yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit informasi penting dapat diklasifikasikan
kedalam empat fungsi dasar manajemen;
Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
control.
5. Pengamatan
Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan
selama survey pendahuluan. Melalui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang
cerdas, auditor internal mampu untuk;
·
Menemukan tujuan,
sasaran dan standar
·
Menilai control
untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
·
Mengevaluasi
risiko
·
Menetukan control
untuk meminimalkan risiko
·
Membuat penentuan
risiko secara sistematik
·
Menilai gaya
manajemen
6. Penentuan Resiko
7. Pembuatan Bagan Alir
Bagan Alir memotret suatu proses. Meskipun
pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni. Pembuangan bagan alir yang formal
seharusnya distandardisasi dalam departemen audit. Semua auditor harus
menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama. Tidak
semua bagan alir terperinci, formal atau ektensif.
8. Pelaporan.
Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan
manajemen, pelaporan temuan positif dan negative bias jadi kondusif bagi
hubungan auditor-klien.Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya
harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan fase
pelaporan audit.
2.3. Tujuan, Sasaran, dan Standar
Selama survei pendahuluan,
auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas yang diatadi tujuan audit, yang akan ditetapkan selanjutnya,
melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Jika tn ini
tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan manfaatnya. Mendapatkan
gambaran aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis
perusahaan merupakan profesionalisme auditor
internal.
Gambaran yang dimiliki auditor
tidak akan dipengaruhi oleh deskripsi pernyataan tanggung
jawab. Dokumen tersebut bisa jadi usang atau merupakan pernyataan yang
dirancang untuk meningkatkan status. Akibatnya auditor tidak benar-benar
memahami aktivitas tersebut.
Auditor internal harus membedakan tujuan, sasaran,
dan standar. Tujuan berasal dari objectum,
yang secara harfiah berarti
sesuatu yang dilontarkan sebelum (pikiran). Yaitu ditujukan, tujuan,
atau akhir. Turunan dari istilah ini tidak memiliki makna kuantitatif.
Di sisi lain, sasaran berasal dari bahasa Prancis gaule yang
berarti tonggak. Hal ini seperti tcrai dipancangkan
di lapangan bermain, untuk melontarkan suatu objek di antara dua titik. Sasaran
memiliki makna
kuantitatif. Di bidang olahraga, tujuannya adalah memenangkan pertandingan adalah menghadapi rintangan-rintangan yang ada di
sepanjang jalan menuju final.
Standar bersifat otoritatif,
contoh yang diakui untuk kebenaran, kesempurnaan, kuantitas. kualitas
yang jelas. Standar memberikan tingkat pencapaian, target yang telah ditetapkar
atau ukuran kecukupan untuk beberapa tujuan. Standar kadang-kadang bisa
memiliki sebagai
sasaran yang akan dicapai dan sebagai ukuran keberhasilan.
Tujuan lebih sulit diidentifikasikan dibandingkan sasaran atau
standar. Misalnya, sebuah penn tentang
fungsi dan tanggung jawab bisa menyatakan bahwa departemen utang usaha harus
men-, faktur pembayaran. Jika pernyataan tersebut benar, hal itu belum
cukup. Yang lebih penting bahwa faktur
tersebut didukung oleh bahan bukti seperti kontrak atau pesanan pembelian dan
bukan bukti penerimaan atau kualitas, melalui nota atau tanda persetujuan yang
ditandatangani.
Auditor internal harus ingat bahwa mereka
adalah staf, tidak memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
menetapkan tujuan, sasaran, atau standar untuk karyawan operasional. Tanpa
pemahaman yang jelas dan kesepakatan tentang aspek manajerial ini,
sebuah audit bisa jadi
Kecermatan
profesional mencakup evaluasi standar operasi yang ada dan menentukan apakah standar
tersebut dapat diterima dan dicapai. Jika standar tersebut tidak jelas, harus yang sah.
Jika auditor internal diminta untuk menginterpretasikan atau memilh mereka harus
mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar yang dibutuhkan untuk
mengukur kinerja operasi.
Pedoman audit menyarankan bahwa pekerjaan
auditor internal harus melibatkan sasaran dan standar dan mengupayakan agar bisa diterima, daripada
memaksakannya. Jika klien menyetujuinya,
maka sasaran dan standar tersebut akan menjadi milik klien dan bukan milik
auditor.
Jika sasaran dan standar belum ditetapkan
dan tidak ada kesepakatan yang bisa merupakan kelemahan. Penetapan sasaran dan
standar yang dapat diukur manajemenatau menjadi alat ukur kinerja
manajemen itu sendiri merupakan dasar bagi praktik bisnis yang baik dan bagi
prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterima. Manajer memiliki tanggung jawab
untuk dan standar untuk mereka sendiri serta karyawannya.
Saat melakukan survei, auditor internal akan
senantiasa mengingat dengan tepat tujuan, sasara, dan standar
yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki organisasi kilen. Auditor
harus mencoba untuk menentukan apakah:
·
Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi
ldien.
·
Tujuan tersebut sesuai dengan rencana
strategis dari organisasi—suatu rancangan besar perusahaan.
·
Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan,
sasaran, dan standar berpartisipasi dalam penetapannya.
·
Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya.
·
Tujuan tersebut secara realistis
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia bagi aktivitas.
·
Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan
kendali eksternal.
·
Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk
mencapai lebih dari apa yang bisa mereka capai.
·
Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukan tingkat
pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standar.
·
Tujuan, sasaran, dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan
didefinisikan ulang.
2.4. Kontrol-kontrol
untuk Mencapai Tujuan
Jika tujuan, sasaran, dan standar telah
diidentifikasi dan disepakati selama survei pendahuluan, langkah selanjutnya adalah
menentukan kontrol apa, atau yang seharusnya, diterapkan untuk memastikan bahwa
hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai.
Auditor internal
dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka melakukan survey
pendahuluan kebijakan organisasi atau agensi, prosedur, manual,
instruksi-instruksi khusus, laporan daftar,
registrasi formulir, pembagian tugas, sistem persetujuan, pengawasan, dan
lainnya. Mencoba untuk membaca dan memahami semuanya dapat
mengaburkan mata dan melelahkan otak. Mencoba menyerap literatur mengenai sejumlah kontrol sering kali membuang
waktu. Jika kita membaca relevansinya
dengan masalah tertentu, semua kontrol ini kelihatan tidak berkaitan dengan
kenyataan.
2.5. Aspek
Manusia
Pegawai merupakan urat nadi perubahan.
Kontrol yang baik tidak dengan sendirinya dapat menjamin bahwa suatu aktivitas
akan dilaksanakan dengan baik kecuali terdapat sejumlah orang yang kompeten
untuk melakukannya. Auditor internal berupaya obyektif dalam menyatakan
pendapatnya, namun ketika melakukan survey harus mempertimbangkan orang yang
terlibat dalam aktivitas. Untuk itu, survei pendahuluan harus
mencakup, jika layak, penelaahan catatan dan praktik pegawai. Penelaahan
tersebut bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan yang bisa
memberikan sinyal bahaya dan memprengaruhi program audit.
2.6. Pembuatan Bagan Alir
Bagan alir memotret suatu proses. Meskipun
pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang dengan ilmu
pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni. Seperti kebanyakan
lain, pembuatan bagan alir memakan waktu lama. Melalui latihan, bagan alir
dapat menjadi alat yang berguna bagi semua auditor. Bagan alir
memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis
operasi yang kompleks, analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi
yang rinci.
Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya
distandardisasi dalam departemen audit. Semua auditor harus
menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama. Biasanya
akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor
eksternal—akuntan independen, sehingga masing-masing dapat menggunakan hasil
pekerjaan satu sama lain.
2.7. Pelaporan
Survei yang dilakukan dengan baik biasanya
menghasilkan sejumlah informasi yang Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi
hal-hal penting dan masalah-masalah yang membantu
auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan.
Jika survei memberi keyakinan adanya sistem,
kontrol, pengawasan, dan manajemen yar bisa menjadi dasar keputusan tidak
dilakukannya audit. Sumber daya audit biasanya kebanyakan organisasi audit
internal memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk
menghabiskan waktu audit yang berharga hanya untuk mengejar
pengujian transaksi jika kelihatannya sistem kontrol itu sendiri akan
menunjukan semua transaksi yang
memiliki kelemahan material.
Pada saat
yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit
walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama
survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak
untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan
berkonsentrasi pada kecukupan—bukan pada efektivitas control dan menunjukkan
dasar keputusan untuk terus melakukan audit.
Bahkan dalam situasi program audit akan
disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan mungkin berguna untuk
membuat ringkasan basil survei dan melaporkannya secara informal ke manajemen.
Kadang-kadang, informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survei untuk
merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian
substantif dilakukan. Dalam kasus ini, pengamatar. internal
harus dibahas dengan manajer klien sebelum program audit disiapkan. Jika m puas
dengan analisis auditor dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survei
final, tergantung pada tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang
dilakukan.
Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan
temuan positif dam jadi kondusif bagi
hubungan auditor-klien. Pendekatan ini mengomunikasikan apa yang internal: kerja sama yang sehat, objektif, tidak
bias terhadap penilaian operasi.
Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan
audit, ringkasan audit seharusnya men langkah audit
yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga harus mengiden tifikasi aktivitas
yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk waktu
dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target
tanggal pekerjaan lapangan dan audit.
2.8. Membuat
Anggaran Survei
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor
merupakan faktor kunci dalam survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung
pada sejumlah factor. Tujuan survei adalah
agar lebih mengenal. Makin kenal auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei.
Juga, jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran yang jelas tentang
tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen
lainnya, yang dibutuhkan untuk
memperbarui informasi tersebut.
Perubahan-perubahan signifikan
dalam tujuan, prosedur, sistem operasi, otomatisasi, organisasi, manajemen dan
pegawai juga akan memengaruhi waktu yang
diperlukan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Orang akan lebih nyaman
dengan rutinitas; perubahan signifikan akan membuat mereka kecewa karena perubahan
selalu menghadirkan risiko.
Semua faktor harus dipertimbangkan dalam
membuat anggaran survei. Tetapi bahkan jika auditor - iami
aktivitas, mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah,
yaitu orang dan perilaku mereka. Tidak ada jaminan bahwa baik orang ataupun
tingkah laku mereka akan tetap sama dari ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja hanya ilusi.
Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap
operasi tanpa survei pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa
yang telah terjadi sejak audit terakhir. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Berdasarkan survei
informasi dari praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.
BAB III
SIMPULAN
3.1. Simpulan
Survei
pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan
system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor
Internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey
pendahuluan bias produktif.
Keberhasilan atau kegagalan audit
bias jadi sangat tergantung pada survey. Auditor sebaiknya melakukan survey
dengan delapan langkah dasar;
-
Melakukan Studi
Awal
-
Pendokumentasian
-
Bertemu Klien
-
Mendapatkan
Informasi melalui Wawancara dan Mengumpulkan bahan bukti
-
Pengamatan
-
Penentuan Resiko
-
Pembuatan Bagan
Alir
-
Pelaporan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar